www.itusaya.com/Sulawesi Selatan memang keren, memiliki begitu banyak spot wisata yang sangat mengagumkan. Pesona alamnya yang begitu lengkap dan beragam membuat wilayah yang satu ini tak pernah sepi pengunjung.
Salah satu spot wisata yang tak kalah mengagumkannya datang dari Kabupaten Wajo yakni Danau Tempe. Wisata danau ini, begitu fenomenal di kalangan para pecinta wisata air. Tak hanya tawarkan keindahan alamnya, teman-teman juga bisa mendapatkan pengalaman menarik dan tak terlupakan dengan menyelami serta meresapi budaya disekitar danau ini.
Danau ini terletak di bagian barat Kabupaten Wajo dengan dikelilingi beberapa kecamatan diantaranya kecamatan Tempe, Kecamatan Maniangpajo, Kecamatan Tanah Sitolo, Kecamatan Belawa, dan Kecamatan Sabbangparu. Akses menuju lokasi danau ini tidaklah terlalu sulit. Meski aksesnya termasuk mudah, teman-teman hanya membutuhkan waktu yang cukup lama sekitar 6 jam untuk bisa sampai jika bertolak dari kota Makassar hingga ke tanah Wajo.
Apabila teman-teman berangkat dari kota Sengkang, nampaknya hanya membutuhkan waktu yang lebih sedikit karena hanya berjarak sekitar 7 kilometer untuk sampai di tepi sunga Walanae, dimana sungai tersebut yang menjadi salah satu akses menuju danau ini. Selanjutnya perjalanan bisa dilanjutkan dengan menaiki perahu motor atau yang biasa disebut katinting, yang hanya memerlukan waktu kurang dari satu jam saja.
Tak hanya menonjolkan pesona alamnya, disini teman-teman juga bisa menyaksikan setiap aktifitas warganya sebagai nelayan. Selama berkeliling menggunakan perahu sewaan, teman-teman akan melihat beberapa nelayan yang tengah memasang jaring. Jikapun beruntung, mungkin bisa melihat para nelayan tengah mendapatkan tangkapan cukup banyak usai menabur jaringnya.
Ukuran danau yang cukup besar, menjadikannya sebagai sumber penghidupan masyarakat sekitarnya. Ternyata tidak hanya dari masyarakat Kabupaten Wajo saja yang memutuskan menjadi nelayan, namun beberapa masyarakat dari Kabupaten Soppeng serta Kabupaten Sidrap juga melakukan hal yang sama. Sehingga tidak mengherankan jika di sepanjang tepi danau, ditemukan perkampungan nelayan dengan nuansa Bugis yang kental berjejer rapi menghadap danau.
Danau ini pernah menyabet nominasi sebagai penghasil ikan tawar terbesar di Indonesia bagian Timur. Bagaimana tidak, lantaran danau ini menyimpan berbagai sumber pakan ikan melimpah dengan spesies ikan tawar yang cukup beragam. Bahkan ada kemungkinan, spesies ikan yang hidup disana, tak akan ditemukan di daerah lainnya. Diperkirakan demikian, mengingat letaknya yang memang berada tepat di lempeng benua Australia dan Asia.
Selain kekayaan bawah airnya, di permukaan air pun terdapat beberapa enceng gondok yang terlihat mengapung seakan menghiasi si danau cantik satu ini. Menambah kecantikan alamnya, bahkan pengunjung bisa melihat burung bangau atau belibis yang tersebar di kawasan danau.
Usai memuaskan diri dengan panorama sekitar, kini saatnya untuk mengenal budaya lokal masyarakatnya. Salah satu budaya yang hingga kini masih rutin dilakukan setiap tahunnya, yaitu diadakannya sebuah festidal laut di danau tersebut. Jatuh tepat pada tanggal 23 Agustus, pesta ritual yang biasa disebut Maccera Tappareng (upacara penyucian danau) ini, dilakukan dengan adanya pemotongan sapi yang dipimpin oleh ketua nelayannya serta adanya atraksi menarik.
Sejatinya sebagai objek alam terbuka, tempat wisata ini tidak mengenal adanya jam operasional sehingga teman-teman tak perlu khawatir ketika ingin berkunjung kesini. Makanya tunggu apalagi, buruan kesini biar bisa merasakan nikmatnya berada di sekitar danau ini !
Salah satu spot wisata yang tak kalah mengagumkannya datang dari Kabupaten Wajo yakni Danau Tempe. Wisata danau ini, begitu fenomenal di kalangan para pecinta wisata air. Tak hanya tawarkan keindahan alamnya, teman-teman juga bisa mendapatkan pengalaman menarik dan tak terlupakan dengan menyelami serta meresapi budaya disekitar danau ini.
Danau ini terletak di bagian barat Kabupaten Wajo dengan dikelilingi beberapa kecamatan diantaranya kecamatan Tempe, Kecamatan Maniangpajo, Kecamatan Tanah Sitolo, Kecamatan Belawa, dan Kecamatan Sabbangparu. Akses menuju lokasi danau ini tidaklah terlalu sulit. Meski aksesnya termasuk mudah, teman-teman hanya membutuhkan waktu yang cukup lama sekitar 6 jam untuk bisa sampai jika bertolak dari kota Makassar hingga ke tanah Wajo.
Apabila teman-teman berangkat dari kota Sengkang, nampaknya hanya membutuhkan waktu yang lebih sedikit karena hanya berjarak sekitar 7 kilometer untuk sampai di tepi sunga Walanae, dimana sungai tersebut yang menjadi salah satu akses menuju danau ini. Selanjutnya perjalanan bisa dilanjutkan dengan menaiki perahu motor atau yang biasa disebut katinting, yang hanya memerlukan waktu kurang dari satu jam saja.
Menggunakan perahu ini, teman-teman akan diangkut hingga ke pemukiman apung di Desa Salotengnga dengan tarif sekitar Rp. 150.000 per perahu yang disewa. Hanya saja perahu motor ini tak mampu menampung kapasitas penumpang terlalu banyak, bahkan sekali angkut maksimal 4 orang saja. Apabila kelebihan muatan, ditakutkan perahu menjadi tidak seimbang dan membahayakan penumpangnya.
Ketika mengelilingi danau, jangan heran bisa menemukan setidaknya ratusan rumah terapung yang dimiliki oleh para nelayan. Umumnya hunian ini mengapung secara berjejer, yang dihiasi dengan bendera berwarna warni.
Rumah apung ini dibangun menggunakan bambu tanpa sekat. Sehingga rumah ini hanya terdiri dari satu ruangan yang digunakan untuk beragam aktifitas. Lalu untuk area dapur dan kamar kecil, umumnya diletakkan di bagian belakang hunian. Selagi berada di rumah apung, teman-teman dapat memanjakan mata dengan menyaksikan matahari terbit maupun terbenam pada posisi yang sama.
Semakin menambah keindahan, tak jarang pengunjung bisa melihat berbagai jenis burung air yang mungkin jarang ditemui dimanapun. Sebab burung tersebut seringkali berpindah dari benua satu, ke benua yang lain sebagai tempat persinggahan. Aktiftas lain yang tak kalah menarik ketika mengunjungi danau ini yakni dengan mengelilingi setiap sudutnya. Ada baiknya teman-teman berkeliling di pagi hari ataupun sore hari, untuk mendapatkan pemandangan cantik nan menawan.
Ketika mengelilingi danau, jangan heran bisa menemukan setidaknya ratusan rumah terapung yang dimiliki oleh para nelayan. Umumnya hunian ini mengapung secara berjejer, yang dihiasi dengan bendera berwarna warni.
Rumah apung ini dibangun menggunakan bambu tanpa sekat. Sehingga rumah ini hanya terdiri dari satu ruangan yang digunakan untuk beragam aktifitas. Lalu untuk area dapur dan kamar kecil, umumnya diletakkan di bagian belakang hunian. Selagi berada di rumah apung, teman-teman dapat memanjakan mata dengan menyaksikan matahari terbit maupun terbenam pada posisi yang sama.
Semakin menambah keindahan, tak jarang pengunjung bisa melihat berbagai jenis burung air yang mungkin jarang ditemui dimanapun. Sebab burung tersebut seringkali berpindah dari benua satu, ke benua yang lain sebagai tempat persinggahan. Aktiftas lain yang tak kalah menarik ketika mengunjungi danau ini yakni dengan mengelilingi setiap sudutnya. Ada baiknya teman-teman berkeliling di pagi hari ataupun sore hari, untuk mendapatkan pemandangan cantik nan menawan.
Tak hanya menonjolkan pesona alamnya, disini teman-teman juga bisa menyaksikan setiap aktifitas warganya sebagai nelayan. Selama berkeliling menggunakan perahu sewaan, teman-teman akan melihat beberapa nelayan yang tengah memasang jaring. Jikapun beruntung, mungkin bisa melihat para nelayan tengah mendapatkan tangkapan cukup banyak usai menabur jaringnya.
Ukuran danau yang cukup besar, menjadikannya sebagai sumber penghidupan masyarakat sekitarnya. Ternyata tidak hanya dari masyarakat Kabupaten Wajo saja yang memutuskan menjadi nelayan, namun beberapa masyarakat dari Kabupaten Soppeng serta Kabupaten Sidrap juga melakukan hal yang sama. Sehingga tidak mengherankan jika di sepanjang tepi danau, ditemukan perkampungan nelayan dengan nuansa Bugis yang kental berjejer rapi menghadap danau.
Danau ini pernah menyabet nominasi sebagai penghasil ikan tawar terbesar di Indonesia bagian Timur. Bagaimana tidak, lantaran danau ini menyimpan berbagai sumber pakan ikan melimpah dengan spesies ikan tawar yang cukup beragam. Bahkan ada kemungkinan, spesies ikan yang hidup disana, tak akan ditemukan di daerah lainnya. Diperkirakan demikian, mengingat letaknya yang memang berada tepat di lempeng benua Australia dan Asia.
Selain kekayaan bawah airnya, di permukaan air pun terdapat beberapa enceng gondok yang terlihat mengapung seakan menghiasi si danau cantik satu ini. Menambah kecantikan alamnya, bahkan pengunjung bisa melihat burung bangau atau belibis yang tersebar di kawasan danau.
Usai memuaskan diri dengan panorama sekitar, kini saatnya untuk mengenal budaya lokal masyarakatnya. Salah satu budaya yang hingga kini masih rutin dilakukan setiap tahunnya, yaitu diadakannya sebuah festidal laut di danau tersebut. Jatuh tepat pada tanggal 23 Agustus, pesta ritual yang biasa disebut Maccera Tappareng (upacara penyucian danau) ini, dilakukan dengan adanya pemotongan sapi yang dipimpin oleh ketua nelayannya serta adanya atraksi menarik.
Sejatinya sebagai objek alam terbuka, tempat wisata ini tidak mengenal adanya jam operasional sehingga teman-teman tak perlu khawatir ketika ingin berkunjung kesini. Makanya tunggu apalagi, buruan kesini biar bisa merasakan nikmatnya berada di sekitar danau ini !