Kali ini penulis akan mengajak teman-teman untuk menyelami nikmatnya secangkir kopi hangat buatan istri, apalagi jika cuaca lagi mendung-mendung manja. Pastinya, membuat suana semakin mempesona. Jangan bapper bagi yang belum nikah, jika sudah merasa sanggup menjalani silahkan datang menghadap ke pak KUA terdekat. Dijamin tak mungkin ditolak, tapi jika di tolak dan banyak pertanyaan cukup berikan pilihan terbaik, terus berhubungan dengan ikatan pacaran atau melanjutkan hubungan dengan ikatan pernikahan. Pastinya, KUA akan semakin kelepek-kelepek. Maaf cuman gurauan biar tidak boring membaca tulisan ini.
Teman-teman tau tidak tentang minuman khas yang terasa pahit. Iya maksudnya kopi, wah kurang gaul sih. Makanya jangan cuman kerjanya tidur di rumah, sekali-kali ke warkop biar bisa merasakan nikmatnya sensasi rasa dari minuman yang menjadi primadona saat ini. Tapi jangan hanya jadi penikmat dong, paling tidak teman-teman juga harus tau sedikit tentang asal komoditi yang satu ini.
Gini teman-teman, Konon, tanaman kopi pertama kali ditemukan di daratan Afrika, tepatnya di daerah yang merupakan bagian dari negara Ethiopia, yaitu Abyssinia. Masyarakat Ethiopia mulai mengkonsumsinya sejak abad ke-9. Pada saat itu kopi belum dikenal luas di dunia. Biji kopi menjadi komersial setelah dibawa oleh para pedagang Arab ke Yaman pada pertengahan abad ke-15. Kopi dipopulerkan menjadi minuman oleh orang-orang muslim.
Berkat peradabannya yang lebih maju dari Afrika, Arab membudidayakan kopi sendiri dan mengekspornya ke penjuru dunia. Orang-orang muslim mulai menyebarluaskan kopi melalui Pelabuhan Mocha, Yaman. Dari sinilah kemudian kopi tersebar diseluruh penjuru dunia. Termasuk di Indonesia yang kini mulai dikembangkan ditiap daerah dan menjadi komoditi khas daerah.
Salah satu produk kopi yang terkenal saat ini tentunya berasal dari kampung penulis dong, jangan menyangka karena kampung penulis memiliki icon pinisi sehingga tidak memiliki komoditi yang terkenal hingga kemancanegara. Pasti taukan kopi kahayya, kopi yang berasal dari dataran tinggi bagian selatan kota pinisi.
Desa Kahayya memang memiliki potensi perkebunan kopi. Karena desa ini terletak di dataran tinggi dengan akses jalan yang masih sulit dijangkau. Struktur jalan ayng berbatu, menanjak, dan berliku membuat teman-teman harus menyiapkan tenaga ekstra untuk bisa sampai kesini. Desa ini adalah salah satu penghasil kopi di Kabupaten Bulukumba.
Bahkan, penamaan kampung Kahayya sendiri berasal dari dua suku kata yakni, kaha-yya, kata Kaha sendiri berasal dari bahasa arab Qahwa namun oleh masyarakat setempat disebut degan “Kaha”, sedangkan kata “Yya” berasal dari bahasa Makassar dialek konjo yang menunjukkan pada sebuah tempat. Jika dua suku kata ini digabung, Kahayya dapat diartikan sebagai tempatnya kopi. Bingung sih nyambungnya dimana ko’ maknanya beda dengan pelafalannya. Yang jelas dinikmati sajalah bacanya. Wkwkwk.
Kopi yang berasal dari desa ini tidak hanya istimewa dari segi citra rasanya yang memang unik dan tiada duanya, tetapi juga karena kopi ini eksklusif dan hanya tumbuh di desa ini.selain itu, beberapa keistimewaan lain yang dimiliki karena proses tanam, pengolahan, hingga panen dilakukan secara organik tanpa menggunakan pupuk dan pestisida sehingga tidak terkontaminasi dengan bahan kimia.
Dalam proses pengolahan pasca panen menggunakan Green Tracking System (GTS) sehingga para penikmat kopi diseluruh dunia dapat melacak langsung keaslian kopi yang sedang diteguknya. Bahkan kita bisa mengetahui teknik pengolahan produk, jumlah produksi pertahun, tahun kadaluarsa produk tidak dapat dipalsukan, bahkan konsumen dapat mengeahui secara detil jenis atau varian produk sebelum diolah.
Meskipun produk ini berasal dari benih robusta dan Arabica, namun karena habitat tumbuhnya berbeda dari kopi-kopi lain yang sudah banyak beredar di pasar Indonesia dan dunia menjadi fakta yang menunjukan bahwa habitat tempat tumbuh benar-benar special dan berkualitas baik.
Dalam proses produksi menerapkan system agroforestry. Karena itu kopi ini bisa disebut kopi dari bumi konservasi. Sebab kebun kopi ini sekaligus menjadi kunci untuk tetap mempertahankan kawasan menara air bagi Kabupaten Bulukumba dan sekitarnya yang dialiri Daerah Aliran Sungai (DAS) Bijawang. Dengan system agroforestry dalam program HKm tersebut, seluruh kawasan hutan lindung tersebut tetap hijau dan Lestari.
Dari segi rasa tidak perlu ditanyakan lagi, sensasi rasa yang terkandung di dalamnya sangat unik dan mantap pastinya. yakin deh pasti ketagihan.
Seperti itulah keunggulan dari kopi yang satu ini. Makanya, jika penasaran buruan coba karena produk ini sudah terjual bebas dipasaran bahkan sudah sampai ke pasar internasional pada umunya. Keren bukan, siapa dulu dong yang punya kampung.